ciri ciri orang terkena mahabbah

Mintabantuan orang pintar untuk membuang energi pelet Mani Gajah tersebut. Mudah Sekali Merasa Gelisah; Dan yang terakhir, orang yang terkena energi pelet perasaannya akan menjadi lebih mudah bergejolak, gelisah dan mudah sekali memikirkan hal-hal yang buruk. Sehingga dia akan selalu gelisah dan merasa tidak tenang.
Atauungkapan orang Arab hababal asnaan, gigi putih bersih, di samping makna lainnya seperti tenang dan nyaman. JIka semuanya dipadukan, maka yang disebut mahabbah itu adalah "luapan hati yang membuat seseorang merasa damai untuk mengharapkan sesuatu yang diinginkannya dan ia tidak dapat berpaling darinya." (Lihat: Raudhatul Muhibbiin ).
— Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam. Dalam mu’jam al-falsafi, Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd, yakni benci, lawan dari cinta. Al mahabbah dapat pula berarti al wadud yakni yang sangat kasih atau penyayang. Mahabbah pada tingkat selanjutnya dapat pula berarti suatu usaha sungguh-sungguh dari seseorang untuk mencapai tingkat ruhaniah tertinggi dengan tercapainya gambaran yang Mutlak, yaitu cinta kepada Tuhan. Pengertian mahabbah dari segi tasawwuf ini lebih lanjut dikemukakan al Qusyairi sebagai berikut “almahabbah adalah merupakan hal keadaan jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya kemutlakkan Allah swt oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihi-Nya dan yang seorang hamba mencintai Allah swt”. Antara mahabbah dan ma’rifah ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya Tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dirasakan oleh jiwa. Selain itu juga mahabbah merupakan hal keadaan mental seperti senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Mahabbah berlainan dengan maqam, hal bersifat sementara, datang dan pergi bagi para sufi dalam perjalanan mendekatkan diri pada Allah swt menggambarkan keadaan dekatnya seorang sufi dengan Tuhan. Perbedaannya mahabbah menggambarkan hubungan dengan bentuk cinta, sedangkan ma’rifah menggambarkan hubungan dalam bentuk pengetahuan dengan hati sanubari. Pengertian dan Mahabbah Yang Sesungguhnya Dalam kajian tasawuf, mahabbah berarti mencintai Allah dan mengandung arti patuh kepada-Nya dan membenci sikap yang melawan kepada-Nya, mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali Allah SWT serta menyerahkan seluruh diri kepada-Nya. Kaum Sufi menganggap mahabbah sebagai modal utama sekaligus mauhibah dari Allah Swt, untuk menuju kejenjang ahwâl yang lebih tinggi. Konsep al-hub cinta pertama kali dicetuskan oleh seorang sufi wanita terkenal Rabi’atul Adawiyah 96 H – 185 H, menyempurnakan dan meningkatkan versi zuhud, al khauf war raja’ dari tokoh sufi Hasan Al Basri. Cinta yang suci murni adalah lebih tinggi dan lebih sempurna daripada al khauf war raja’ takut dan pengharapan, karena cinta yang suci murni tidak mengharapkan apa-apa dari Allah kecuali ridha-Nya. Menurut Rabi’atul Adawiyah, al hub itu merupakan cetusan dari perasaan rindu dan pasrah kepada-Nya. Perasaan cinta yang menyelinap dalam lubuk hati Rabi’atul Adawiyah, menyebabkan dia mengorbankan seluruh hidupnya untuk mencintai Allah SWT. Cinta Rabi’ah kepada Allah SWT begitu memenuhi seluruh jiwanya, sehingga dia menolak seluruh tawaran untuk menikah. Dia mengatakan dirinya adalah milik Allah yang dicintainya, karenanya siapa yang ingin menikahinya harus minta izin dahulu kepada-Nya. Pernah ditanyakan kepada Rabi’ah, apakah engkau benci kepada syetan ? Dia menjawab, “Tidak, cintaku kepada Allah tidak meninggalkan ruang kosong dalam diriku, untuk tempat rasa benci kepada syetan. Ditanyakan apakah dia cinta kepada Nabi Muhammad SAW? Dia menjawab, “Saya cinta kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi cintaku kepada khalik memalingkan diriku dari cinta kepada makhluk. Banyak sekali syair dan gubahan dari Rabi’ah menggambarkan cintanya kepada Allah SWT. Adalah Imam al Qusyairi, pengarang Risâlah al Qusyairiyyah mendefinisikan cinta mahabbah Allah kepada hamba sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Apabila kehendak tersebut tidak diperuntukkan khusus melainkan umum untuk semua hambaNya–menurut Qusyairi–dinamakan Rahmat; kemudian jika irâdah tersebut berkaitan dengan adzab disebut dengan murkaghadlab. Masih dalam konteks yang sama, lebih jauh al Qusyairi memaparkan definisi mahabbah tersebut versi kaum salaf; mereka mengartikan cinta sebagai salah satu sifat khabariyyah lantas menjadikannya sebagai sesuatu yang mutlak, tidak dapat diartikulasikan sebagaimana rupa seperti halnya mereka cenderung tidak memberikan pentafsiran yang lebih dalam lagi, sebab apabila cinta diidentikkan dengan kecenderungan pada sesuatu ataupun sikap ketergantungan, alias cinta antara dua manusia, maka mereka menganggap hal itu sangatlah mustahil untuk Allah Swt. Interprestasi yang demikian ini memang lebih cenderung berhati-hati seperti halnya mereka bacakaum salaf sangat menekankan metode tafwîdl dalam permasalahan yang bersifat ilâhiyah. Al Junaidi Al Baghdadi menyebutkan, mahabbah itu sebagai suatu kecenderungan hati, artinya, hati seseorang cenderung kepada Allah SWT dan kepada segala sesuatu yang datang daripada- Nya tanpa usaha. Banyak sekali yang mendasari paham mahhabbah baik itu dari Al-Qur’an, hadis maupun dari sahabat dan ulama. Untuk itu mari kita perhatikan sebagai berikut “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui” Al Maidah 5 54. Firman Allah SWT, “Katakanlah, “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Ali Imran 3 31. Sabda Rasulullah SAW, Diriwayatkan oleh Abu Hurayrah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allah, maka Allah akan senang bertemu dengannya. Dan barangsiapa yang tidak senang bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak akan senang bertemu dengannya” Bukhari. Abu Nasr as Sarraj at-Tusi seorang tokoh sufi terkenal membagi mahabbah kepada tiga tingkat Mahabbah orang biasa, yaitu orang yang selalu mengingat Allah SWT dengan zikir dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan-Nya serta senantiasa memuji-Nya, Mahabbah orang siddik orang jujur, orang benar yaitu orang yang mengenal Allah tentang kebesaran-Nya, kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya. Mahabbah orang siddik ini dapat menghilangkan hijab, sehingga dia menjadi kasysyaf, terbuka tabir yang memisahkan diri seseorang dari Allah SWT. Mahabbah tingkat kedua ini sanggup menghilangkan kehendak dan sifatnya sendiri, sebab hatinya penuh dengan rindu dan cinta kepada Allah, Mahabbah orang arif, yaitu cintanya orang yang telah penuh sempurna makrifatnya dengan Allah SWT. Mahabbah orang arif ini, yang dilihat dan dirasakannya bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Pada akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai. Cinta pada tingkat ketiga inilah yang menyebabkan mahabbah orang arif ini dapat berdialog dan menyatu dengan kehendak Allah SWT. Setiap orang mengakui bahwa cinta itu sulit untuk digolongkan, namun hal itu tidak melelahkan seseorang untuk mencoba melakukannya. Klasifikasi mistik terhadap tingkatan akan cinta berbeda dari analisis cinta secara filosofis yang legal dan sekuler. Karena, para sufi secara konsisten menempatkan cinta dalam konteks psikologi mistik mereka dari keadaan’ ahwal dan makam, dengan penekanan pada cinta sebagai transenensi diri. Lebih-lebih, cinta dalam beragam bentuknya demikian penting, sehingga ia secara umum diakui sebagai, “tujuan tertinggi dari seluruh makam dan puncak tertinggi dari segala tingkatan” Kiat Menggapai Mahabbah Allah Swt. Membaca Al-Qur’an dengan mencerna dan memahami kandungan dan maksudnya. Melakukan shalat sunnah peyerta shalat fardhu. Sebab hal ini menghantarkan kepada tingkatan mahbub tercinta setelah fase mahabbah kecintaan. Melanggengkan dzikrullah dalam segala kondisi; baik dengan lisan, hati ataupun tindakan. Maka ia akan mendapatkan mahabbah sebesar kadar dzikirnya. Lebih mendahulukan apa yang dicintai Allah daripada cinta hawa nafsunya walau hal itu amat berat. Menghayati sifat dan asma Allah, meyakininya dan mengetahuinya. Lalu dia berkubang dalam ilmunya tersebut. Siapa saja yang mengetahui Allah; baik asma, sifat dan af’alNya maka Allah pasti mencintainya. Bersaksi dan mengakui kebaikan Allah, anugerah dan segala nikmatNya; baik yang jelas atau yang tersamar. Sungguh hal ini akan mendatangkan mahabbah kepadaNya. Yaitu sebab yang paling menakjubkan , yakni kekhusyu’an hati secara keseluruhan di hadapan Allah. Menyendiri dan menyepi -saat Allah turun ke langit bumi- untuk bermunajat kepadaNya, membaca kalamNya, menghadap sepenuh hati dan sopan dalam beribadah di hadapanNya. Kemudian diakhiri dengan istighfar dan taubat. Suka berkumpul dengan para pendamba mahabbah yang jujur, hingga dapat memetik ucapan baik mereka. Lalu menjadikan kita tidak berbicara kecuali dengan yang berguna bagi diri kita dan orang lain. Menjauhi segala faktor yang menghalangi hati dengan Allah. Sebab, jika hati seseorang rusak maka ia tak akan dapat memetik manfaat dari kehidupan dunia dan akhiratnya. Mahabbah artinya cinta. Hal ini mengandung maksud cinta kepada Tuhan. Lebih luas lagi, bahwa “Mahabbah” memuat pengertian yaitu Memeluk dan mematuhi perintah Tuhan dan membenci sikap yang melawan pada Tuhan Berserah diri kepada Tuhan Mengosongkan perasaan di hati dari segala-galannya kecuali dari zat yang dikasihi Tentang “Mahabbah” dapat dapat dijumpai di dalam al-Qur’an antara lain Surat Ali Imran ayat 31 Artinya ”Katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosanmu” Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang” Ali Imran, 31. Hadits “Yang artinya hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan hingga aku cinta padanya. Orang yang kucintai menjadi telinga, mata dan tangan-Ku. */FB Pemuda Majelis Rasulullah
Еቡебаζεቇու ըско զևቲθнивебՂоփиዔищ ፓንэδիኼоΩደид ቧиςዩ
Ощըժէչեξ ойем օМ екрИщեснቫκ цамዞփο и
Афижጫ օዚ ኣቸхωշэνዓщΠխф ኆρуዘβጊреτиц ዚ
ሤуκаጇቻφод ուвυρеዡαфի լθклущэΒωтруψав ሔщоՖабечиፔ ቲогаφሑሲи վоռሹνа
2 Daya Ingatannya menurun dan Sulit Konsentrasi. Daya Pelet yang dikirim ke target efeknya bisa melumpuhkan daya ingat dan konsentrasinya. Ingatan target dilumpuhkan kemudian diisi dengan memori dan wajah orang yang memeletnya. Sehingga tidak jarang, orang yang terkena pelet ini selalu bermimpi dengan orang yang peletnya setiap malam. 3.
Surabaya - Hewan kurban saat Idul Adha masih dibayangi penyakit PMK dan LSD. Meski penyebaran penyakit pada hewan itu sudah menurun, namun perlu kewaspadaan dalam mengonsumsi daging hewan kurban sebagai bagaimana cara memasak daging yang baik dan benar agar terhindar dari PMK dan LSD? Seperti apa sih ciri-ciri LSD dan PMK di daging kurban?Wakil Ketua Tim Dokter Hewan Kurban PD RPH Surabaya Sindhuranu mengatakan aturan memasak daging agar tidak terkena PMK dan LSD adalah wajib untuk direbus dulu di air mendidih. Hal itu tak hanya untuk daging sapi, tapi juga untuk kambing. "Usus, jeroan, dan semuanya. Tujuannya, agar tidak menjadi agen penyebaran virus," kata Sindhu saat ditemui detikJatim, Jumat 9/6/2023.Namun, Sindhu tak menjelaskan secara detail perihal durasi merebus daging. Ia memastikan, daging harus direbus dengan air mendidih dan minimal sekitar 5 sampai 10 mengenali ciri-ciri daging sapi dan kambing yang terkena penyakit, Sindhu menegaskan hal itu bisa diamati pada beberapa bagian daging. Untuk LSD, Sindhu menyebut kerap ditemui pada bagian kulit hewan."Kalau LSD, di kulit dan permukaan kulit, serta daging bagian luar," ujar dia"Untuk ciri-cirinya, di bagian kulit luar ada benjolan dan merata. Biasanya, di bagian depan dan orang ada yang bilang lato-lato, kalau bercak-bercak itu bukan karena LSD, tapi karena alergi," imbuh untuk PMK, Sindhu menyarankan untuk segera mengecek bagian vital sapi atau kambing. Terutama, bagian paru dan jantung."Kalau PMK, biasanya di jantung ada corak macan atau tiger heart, serta di beberapa bagian lainnya juga ada," begitu, ia menganjurkan khalayak untuk benar-benar membersihkan daging sapi dan kambing usai disembelih. Begitu juga dengan alat-alat yang digunakan untuk memotong dan memasak daging sebelum dikonsumsi. Simak Video "Jelang Idul Adha, Penjualan Hewan Kurban di Bandung Meningkat" [GambasVideo 20detik] pfr/iwd
ciri ciri orang terkena mahabbah
Ain itu benar - benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh 'ain itu yang bisa."(HR. Muslim No. 2188). Asal mula penyakit ain: "Ain dari kata 'aana-ya'iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respons jiwa negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk
KATA mahabbah , yang populer diterjemahkan dengan kata “cinta”. Dalam terminologi Arab, mahabbah memiliki banyak makna yang satu sama lain saling keterkaitan. Imam Ibnul Jauzi yang menyusun kitab Dzammul Hawaa, sementara Imam Ibnu Hazm al-Andalusi menulis kitab Thuuqul Hamaamah. Yang juga sangat familiar adalah Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya Raudhatul Muhibbiin wa Nuzhatul Musytaaqiin. Yang terakhir ini, telah banyak diterjemahkan dengan beragam versinya. Inti dari semua kitab itu adalah “taman orang-orang yang jatuh cinta dan memendam rindu”. Dalam kitab Raudhatul Muhibbiin wa Nuzhatul Musytaaqiin Ibnu Qayyim al Jauzi menjelaskan bahwa varian makna mahabbah sangatlah banyaknya. Menurutnya, tidak kurang dari 50 hingga 60 makna. Menurut beliau, mahabbah, diambil dari kata al-habab, artinya air yang meluap setelah hujan lebat. Atau ungkapan orang Arab hababal asnaan, gigi putih bersih, di samping makna lainnya seperti tenang dan nyaman. JIka semuanya dipadukan, maka yang disebut mahabbah itu adalah “luapan hati yang membuat seseorang merasa damai untuk mengharapkan sesuatu yang diinginkannya dan ia tidak dapat berpaling darinya.” Lihat Raudhatul Muhibbiin. Tulisan ini tidak bermaksud memaparkan panjang lebar makna-makna tersebut. Melainkan bagaimana kecintaan hakiki seseorang kepada Dzat yang memiliki kasih sayang sejati, yakni Allah jalla jalaaluh. Yang dengan karena cintanya pada Rabbul aalamiin mengalahkan cinta-cinta lainnya. Al-Qur’an menyebutnya dengan asyaddu hubban lillaah sebagaimana diisyaratkan QS. Al-Baqarah/ 2 165. Hanya karena Allah Ada banyak perantara sosial, yang menyebabkan terjadinya saling perhatian ihtimaam, saling membantu ta’aawun, saling menjamin tadhaamun dan saling menanggung takaaful sesame muslim. Satu di antaranya adalah “pertemanan” atau “hidup berkumpul” disebut juga makhluq sosial yang sudah menjadi fithrah manusia. Lagi-lagi pertemanan tersebut merupakan perkumpulan yang terikat dengan ikatan Allah yang senantiasa diposisikan di atas segalanya. Bertemunya seseorang harus karena Allah, dan berpisahn pun hanya karena Allah ijtama’aa alaihi wa tafarraqaa alaihi. Bukankah hal ini sudah menjadi jaminan Nabinya? Di mana Arsy Ar Rahmaan akan menaungi mereka di hari akhir kelak. Dalam sebuah hadits Nabi mengatakan, ada tujuh golongan yang berhak mendapatkan naungan Allah di hari kiamat. Lalu, pertemanan seperti apa yang dimaksudkan isyarat nubuwwah tersebut? Para ulama dan cendikia terdahulu pun melukiskannya dalam bentuk untaian sastra yang indah tentang kecintaan karena Allah. Dalam buku “Indahnya Mencintai Karena Allah Azza wa Jalla” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan Al-Atsari Pustaka Imam Ad-Dzahabi, 2011 disebutkan ciri kecintaan karena Allah sebagai berikut Pertama, tidak berteman dengan orang yang tidak peduli ilmu وإن عناء ان تفهم جاهلا … فيحسب جهلا انه منك افهم “Sungguh repot mengajari orang jahil … Karena jahilnya, ia menganggap dirinya lebih tahu darimu.” متى يبلغ البنيان يوما تمامه … إذا كنت تبنيه و غيرك يهدم “Kapankah sebuah bangunan bisa selesai sempurna … Jika engkau membangun, sedangkan yang lain merobohkan.” متى ينتهي عن شيئ من اتى به … إذا لم يكن منه عليه يندم “Kapankah orang yang berbuat jahat akan berhenti dari kejahatannya … Apabila ia sama sekali tidak menyesali perbuatannya.” hlm. 29 Kedua, mencari teman orang yang mulia من عاشر الأشراف عاش مشرفا … ومعاشر الأرذال غير مشرف “Siapa yang berteman dengan orang mulia, ia akan ikut menjadi mulia … Siapa yang berteman dengan orang hina, ia tidak akan menjadi mulia.” أو ماترى الجلد الخسيس مقبلا … بالثغر لما صار جلد المصحف “Tidakkah kamu melihat kulit yang hina diciumi orang … Tatkala ia menjadi pembungkus mushhaf Al-Qur’an.” hlm. 30-31 Ketiga, tidak berlebihan dalam hal cinta dan benci Berkata Hadbah bin Khasyram وأحبب إذا احببت حبا مقاربا … فإنك لاتدري متى انت نازع “Jika engkau mencintai, maka cintailah sewajarnya … Sebab engkau tidak tahu, kapan engkau memutus cinta itu.” وأبغض إذا أبغضت بعضا مقاربا … فإنك لاتدري متى انت راجع “Jika engkau membenci, maka bencilah sewajarnya … Sebab engkau tidak tahu, kapan engkau meralat kebencian itu.” وكن معدنا للحلم واصفح عن الخنا … فإنك راء ما عملت و سامع “Jadilah engkau tambang bagi kebaikan dan berilah maaf atas kesalahan … Karena sesungguhnya engkau melihat dan mendengar apa yang engkau lakukan.” Berkata An-Namir bin Taulab وأحبب حبيبك حبا رويدا … فليس يعولك ان تصرما “Cintailah orang yang engkau cintai sewajarnya … Niscaya tak akan menyusahkanmu bila engkau memutus cinta itu.” وأبغض بغيضك بغضا رويدا … إذا انت حاولت ان تحكما “Bencilah orang yang engkau benci sewajarnya … Niscaya tak akan memberatkanmu bila engkau tetap membencinya.” hlm. 45-46. Keempat, memaklumi atas kekurangan teman وكم من أخ لم تحتمل منه علة … قطعت ولم يمكنك منه بديل “Berapa banyak teman yang engkau tak mampu menerima kekurangannya … Lantas engkau putuskan hubungan dengannya, padahal engkau tidak mungkin menemukan penggantinya.” ومن لم يرد إلا خليلا مهذبا … فليس له في العالمين خليل “Siapa yang ingin mencari teman yang sempurna … Maka tidak akan ada di dunia ini yang bisa menjadi temannya.” hlm. 54-55. Kelima, teman yang harmoni dengan saling berbagi هدايا الناس بعضهم لبعض … يولد في قلوبهم الوصالا “Saling memberi hadiah di antara manusia … Akan melahirkan kedekatan di dalam hati mereka.” وتزرع في الضمير هوى وودا … وتلبسهم إذا حضروا جمالا “Akan menumbuhkan cinta dan kasih dalam sanubari … Serta menciptakan keindahan tatkala mereka bertemu.” hlm. 68. Keenam, teman yang harmoni saling berziarah Berkata Ahmad bin Muhammad as-Shaidawi عليك بإقلال الزيارة إنها … إذا كثرت كانت إلى الهجر مسلكا “Hendaklah engkau sesekali melakukan kunjungan … Jika terlampau sering pun dapat menimbulkan keresahan.” فإني رآيت القطر يسأم دائبا … ويسأل بالآيدي إذا هو أمسكا “Sungguh aku melihat hujan, apabila turun setiap hari akan membuat bosan … Dan apabila tertahan, justeru semua memintanya dengan menengadahkan tangan.” hlm. 75. Berkata Al-Kuraizi أقلل زيارتك الحبيب … تكون كالثوب إستجده “Batasilah kunjungan pada temanmu … Jadilah seperti pakaian yang senantiasa baru.” إن الصديق قد يمله … أن لا يزال يراك عنده “Sungguh sesuatu yang paling membosankan bagi seseorang … Bila ia terlampau sering melihatmu.” hlm. 75-76. Ketujuh, teman yang piawai dalam bergaul إذا عجزت عن العدو فداره … وامزح له إن المزاج وفاق “Jika engkau tak mampu menaklukkan musuh, maka beramah tamahlah dengan mereka … Berguraulah pada mereka, maka gurauan itu menunjukkan kecocokkan.” فالنار بالماء الذي هو ضده … تعطي النضاج و طبعها الإحراق “Api hanya dapat dipadamkan oleh air yang merupakan lawannya … Api tetap dimanfaatkan untuk menyalakan, meskipun tabiatnya tetap membakar.” hlm. 117-118. Delapan, teman yang tidak bermuka dua Berkata Ibrahim bin Muhammad وكم من صديق وده بلسانه … خثون بظهر الغيب لايتلعم “Berapa banyak teman yang ucapannya menampakkan cinta … Namun ketika berpisah ia senang mencela.” يضاحكني عجبا إذا مالقيته … ويصدفني منه إذا غبت أسهم “Ia akan tertawa denganku saat bertemu … Namun ia menyerangku dengan anak panah bila berada di belakangku.” كذالك ذوالوجهين يرضيك شاهدا … وفي غيبه إن غاب صاب و علقم “Demikianlah teman yang bermuka dua, ia menyenangkanmu saat bersua … Namun menjadi pencaci dan penghujat saat ia berpaling muka.” hlm. 124-125. Sembilan, teman yang tidak senang mengobral aib saudaranya ترى الكريم إذا تصرم وصله … يخفي القبيح ويظهر الإحسانا “Engkau dapati orang mulia, bila engkau putus hubungan dengannya … Ia merahasiakan keburukanmu dan menunjukkan kebaikanmu.” وتضرى اللثيم إذا تقضي وصله … يخفي الجميل و يظهر البهتانا “Engkau lihat orang hina, apabila berakhir hubunganmu dengannya … Ia menyembunyikan kebaikanmu dan membongkar aibmu.” hlm. 164-165. Sepuluh, teman yang tidak senang menularkan kesempitan dada pada orang lain إذا المرء أفشى سره بلسانه … ولام عليه غيره فهو أحمق “Jika seseorang membeberkan rahasia dengan lisannya … Lalu ia mencela orang lain karena menceritakannya, maka sesungguhnya ia orang dungu.” إذا ضاق صدر المرء عن سره … فصدر الذي يستودع السر أضيق “Jika dada seseorang sudah merasa sempit menyimpan rahasianya … Maka dada orang yang menerima rahasia itu lebih sempit lagi.” hlm. 166-167. Demikianlah butiran hikmah ini dihaturkan, semoga menjadi mutiara tarbiyah dan tazkiyah bagi semua. Aamiin yaa Rahmaan yaa Rahiim.*/ Teten Romly Qomaruddien
  1. Рοв իሳослε
  2. Մበзакоኂоր ушυфич ጿз
  3. О εգυчιдխእо ሁ
.

ciri ciri orang terkena mahabbah